Beberapaparameter yang perlu diperhatikan, yakni COD, BOD, pH, total koliform, amonia nitrogen, fosfor, dan total suspended solid (TSS). Ecotru Extra dan Ecotru OD adalah product yang tepat untuk diaplikasikan guna mengatasi permasalahan pada pengolahan limbah cair (WWTP) . - Limbah adalah sisa dari suatu kegiatan yang sudah tidak memiliki kegunaan. Limbah dapat berupa padatan atau cairan. Limbah juga terdiri dari limbah domestik dan limbah industri. Limbah domestik berasal dari kegiatan domestik seperti air bekas cucian, sampah rumah tangga, dan sampah restoran. Limbah industri berasal dari hasil aktivitas produksi di industri. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 tahun 2016, ada tujuh parameter yang harus dipenuhi sebelum limbah dapat dibuang, yaitu kadar COD, BOD, pH, amonia, minyak dan lemak, total padatan terlarut, dan total coliform. BOD Biochemical Oxygen Demand Dilansir dari Geological Survey, BOD adalah nilai oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri dan mikoorganisme pada saat mereka mengurai bahan organik dalam kondisi aerob membutuhkan oksigen pada suhu tertentu. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan bahwa bakteri membutuhkan banyak oksigen. Jika kadar BOD pada limbah masih tinggi dan limbah dibuang ke sumber air publik maka biota air yang hidup di dalamnya akan mati karena asupan oksigennya akan habis terserap oleh bakteri yang ada pada air limbah untuk mengurai bahan organik di dalamnya. Berdasarkan Permen LHK Nomor 68 Tahun 2016 kadar maksimal dari BOD adalah sebesar 30 mg/L. Baca juga Cara Pengolahan Limbah Keras COD Chemical Oxygen Demand Dilansir dari Science Direct, COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimiawi bahan organik oleh oksidan kuat, seperti misalnya kalium dikromat, amonia dan nitrit. COD sering digunakan sebagai ukuran polutan dalam air limbah. Nilai COD yang tinggi pada air limbah menunjukkan bahwa air tersebut masih berbahaya sehingga sebelum dibuang ke sumber air, zat berbahaya yang terkandung dalam air limbah tersebut harus distabilkan terlebih dahulu dengan bantuan bakteri ataupun zat kimia. Berdasarkan Permen LHK Nomor 68 Tahun 2016 kadar maksimal dari COD adalah 100 mg/L. pH Derajat keasaman atau yang dikenal dengan pH juga merupakan parameter yang harus dipenuhi sebelum membuang limbah ke sumber air agar tidak membahayakan. Idealnya air memiliki pH netral antara 6,5-8. Berdasarkan Permen LHK Nomor 68 Tahun 2016 kadar maksimal pH air limbah sebelum dibuang adalah 6-9. Air dengan pH dibawah 6 akan bersifat asam dan berbahaya bagi lingkungan dan sebaliknya juga jika air memliki pH di atas 9 akan memiliki kadar basa yang tinggi juga akan memberikan dampak yang buruk untuk lingkungan. Amonia Dalam jurnal berjudul Analisis Kualitas Air Limbah Domestik Perkantoran 2019 yang diterbitkan oleh Institut Pertanian Bogor Sulistia dan Septisya menjelaskan bahwa amonia yang terdapat di perairan berupa amonia total NH3 dan NH4.
ApaSaja Parameter dalam Pengolahan Air Limbah Domestik? Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, maka parameter kunci untuk air limbah domestik adalah pH, BOD, COD, TSS, Lemak & Minyak, Ammonia Total dan Total Koliform. 1. Derajat Keasaman (pH)
Penelitian dilakukan untuk mengetahui 1 Menganalisis kualitas air Sungai Martapura sebelum tercemar oleh industri pengolahan sagu. 2 Menganalisis kualitas air limbah industri pengolahan sagu yang dibuang ke Sungai Martapura. 3 Menganalisis dampak limbah cair industri pengolahan sagu terhadap kualitas air Sungai Martapura. Penelitian mengambil sampel di tiga titik yaitu Air Sungai Martapura, Inlet Industri Pengolahan Sagu Didi dan Outlet air sungai martapura yang tercampur air limbah, pengambilan sampel dilakukan selama dua hari dan hasil pengambilan sampel air dilakukan pengujian kualitas air dilaboratorium. Hasil uji laboratorium kemudian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan membandingkan hasil uji laboratorium dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan tentang Standar Baku Mutu Limbah Cair. Hasil penelitian selama dua hari menunjukkan bahwa pada titik sampel Inlet hari pertama pengambilan sampel TSS 192,6 mg/l, BOD 226,8 mg/l dan COD 540 mg/l dan hari kedua pengambilan sampel BOD 151,5 mg/l, COD 433 mg/l dan Sulfida 1,55 mg/l. Limbah cair sagu yang di buang ke anak sungai masih dalam batas dapat dinetralkan oleh anak sungai tersebut sehingga belum menggangu tingkat pencemarannya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Vol 7 No 2 2020 40-5140Analisis Dampak Limbah Cair Industri Pengolahan Sagu terhadap Kualitas AirSungai Martapura Desa Pemakuan Kecamatan Sungai TabukDewi Komala Sari, Sidharta Adyatma, Aswin Nur SaputraPendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesiadwimala83 study was conducted to determine 1 Analyzing the water quality of theMartapura River before it is polluted by the sago processing industry. 2Analyzing the quality of wastewater from the sago processing industry which isdischarged into the Martapura River. 3 Analyzing the impact of sago processingindustry wastewater on the water quality of the Martapura River. The study tooksamples at three points namely Martapura River Water, Sago Didi ProcessingIndustry Inlet and Outlet Martapura river water mixed with wastewater,sampling was carried out for two days and the results of water sampling weretested on water quality in the laboratory. Laboratory test results are thenprocessed using quantitative descriptive analysis by comparing the results oflaboratory tests with the South Kalimantan Governor's Regulation on Standardsfor Quality of Liquid Waste. The results of the two-day study showed that at theinlet sample point the first day of sampling was TSS mg / l, BOD mg/ l and COD 540 mg / l and on the second day sampling was BOD mg / l,COD 433 mg / l and Sulfide mg / l. The liquid sago waste that is disposed ofinto the tributary is still within the limit that it can be neutralized by the tributaryso that it does not interfere with the level of Water Quality, Liquid Waste, Environmental dilakukan untuk mengetahui 1 Menganalisis kualitas airSungai Martapura sebelum tercemar oleh industri pengolahan sagu. 2Menganalisis kualitas air limbah industri pengolahan sagu yang dibuangke Sungai Martapura. 3 Menganalisis dampak limbah cair industripengolahan sagu terhadap kualitas air Sungai Martapura. Penelitianmengambil sampel di tiga titik yaitu Air Sungai Martapura, Inlet IndustriPengolahan Sagu Didi dan Outlet air sungai martapura yang tercampur airlimbah, pengambilan sampel dilakukan selama dua hari dan hasilpengambilan sampel air dilakukan pengujian kualitas air uji laboratorium kemudian diolah dengan menggunakan analisisdeskriptif kuantitatif dengan membandingkan hasil uji laboratoriumdengan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan tentang Standar BakuMutu Limbah Cair. Hasil penelitian selama dua hari menunjukkan bahwapada titik sampel Inlet hari pertama pengambilan sampel TSS 192,6 mg/l,BOD 226,8 mg/l dan COD 540 mg/l dan hari kedua pengambilan sampelBOD 151,5 mg/l, COD 433 mg/l dan Sulfida 1,55 mg/l. Limbah cair sagu Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202041yang di buang ke anak sungai masih dalam batas dapat dinetralkan olehanak sungai tersebut sehingga belum menggangu tingkat kunci Kualitas Air, Limbah Cair, Pencemaran 26 Februari 2021 Accepted 8 Maret 2021 Published 15 Maret 2021How to citeSari, D. K.,Adyatma, S., &Saputra, 2020. Analisis Dampak LimbahCair Industri Pengolahan Sagu terhadap Kualitas Air Sungai Martapura Desa PemakuanKecamatan Sungai Tabuk. JPG Jurnal Pendidikan Geografi, 72, 39-50.© 2020 JPG Jurnal Pendidikan Geografi1. PendahuluanSagu Metroxylon sp merupakan komoditas tanaman pangan sumber karbohidrat yangberpotensi di Indonesia, terutama bagi penduduk yang berada di sekitar pantai ataudataran rendah rawa dengan sumber air yang melimpah. Sagu termasuk kedalam jenistanaman palem dengan tinggi sedang hingga 25 m, berbunga mati, akar serabut, batangsagu berukuran hingga 60 cm dan memiliki kulit yang keras serta memiliki empulurtempat menyimpan pati sagu Flach, 2005.Tanaman sagu Pohon Rumbia cukup potensial menjadi salah satu sumber karbohidratuntuk dikembangkan dan diolah menjadi bahan pangan dalam upaya mengoptimalkanprogram diversifikasi pangan yang mendukung ketahanan pangan lokal dan nasionalFadmi, Herawati dan Restuhadi, 2013. Hasil dari proses ekstraksi empulur batang saguadalah pati sagu, faktor genetik dan proses ekstraksi sangat mempengaruhi kualitas pati,seperti penggunaan alat cara menyimpan potongan batang sagu dan proses area tanaman sagu di Pulau Kalimantan berdasarkan Data Direktorat JenderalPerkebunan Pada Tahun 2018 sebesar dengan produktivitas ProvinsiKalimantan Selatan merupakan kawasan terbesar area tanaman sagu, yaitu karakteristik lahan Kalimantan Selatan adalah dataran rendah atau rawa sehinggaselalu tergenang air dan sangat cocok untuk tumbuhnya tanaman sagu. Kabupaten Banjarmemiliki luas area tanaman sagu sebesar dengan produksi Daerah penghasil sagu terbanyak ada di Desa Pemakuan Kecamatan SungaiTabuk Kabupaten Banjar. Hasil observasi lapangan, pabrik-pabrik yang beroperasi setiaphari dapat memproduksi pati sagu 1 Ton per hari. Potensi sagu yang cukup tinggi ini dapatmemacu para pengembang industri pengolahan sagu di Indonesia. Industri pengolahansagu umumnya melakukan proses pengolahan di daerah yang dekat dengan sumber airseperti pinggiran sungai atau anak Pengolahan Sagu yang ada di Desa Pemakuan merupakan industri kecil karenaperalatan yang digunakan dalam proses produksi masih sederhana dan tidak memilikisistem pengolahan limbah cair. Pengelolaan limbah industri pangan cair, padat, gasdiperlukan untuk meningkatkan pencapaian tujuan pengelolaan limbah sertameningkatkan dalam efisiensi pemakaian sumber daya. Aktivitas masyarakat juga ikutmemberikan sumbangan limbah pada berbagai perairan darat Effendi, 2003; Saputra,2017. Limbah industri cair memiliki kontribusi pencemaran organik ke badan air denganrata-rata 25-50%. Upaya untuk menurunkan pencemaran buangan industri belum dapatmencapai tujuan karena masih lemahnya pantauan pemerintah untuk memantau buanganair limbah industri dan menerapkan standar baku mutu air limbah. Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202042Penelitian dilakukan untuk menganalisis dampak air limbah cair industri pengolahan saguterhadap kualitas air Sungai Martapura Desa Pemakuan Kecamatan Sungai TabukKabupaten Banjar. Permasalahan pokok yang akan dibahas yaitu 1 Bagaimana kualitasair Sungai Martapura sebelum tercemar oleh industri pengolahan sagu 2 Bagaimanakualitas air limbah industri pengolahan sagu yang dibuang ke Sungai Martapura 3Bagaimana dampak limbah cair industri pengolahan sagu terhadap kualitas air MetodePenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas air sungai martapura hasil daricemaran limbah cair industri sagu dengan menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah air sungai martapura, air limbah sagu, dan air sungaiyang tercampur dengan air limbah sagu. Sampel yang akan diteliti adalah limbah cair darihasil industri sagu yang dibuang ke area sungai secara langsung tanpa menggunakanIntalasi Pengelolaan Air Limbah IPAL. Pengambilan sampel air limbah menggunakanteknik yang telah dibuat Standar Nasional Indonesia SNI tentang air dan air limbahBagian 57 Metode pengambilan contoh air permukaan yang telah diterapkan untukpengambilan contoh air limbah yang tercantum dalam Keputusan Menteri LingkunganHidup nomor 37 tahun 2003. Pengambilan sampel air menggunakan metode SampelSesaat Grab Sampling.Gambar 1. Peta Lokasi PenelitianPenelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu data primer, datasekunder, observasi, uji laboratorium dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukanmelalui metode teknik pengumpulan data yang sudah diperoleh melalui pengumpulandata Priyono, 2008. Pengolahan data dianalisis dan diolah dalam bentuk tabel untukmempermudah proses analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakananalisis deskriptif kuantitatif, maka data penelitian yang berupa angka akan Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202043dikualitatifkan sehingga hasil yang diperoleh dapat dideskripsikan dengan penyajian datadalam bentuk visual diagram, tabel, chart. Analisis data menggunakan metodematchinguntuk membandingkan parameter hasil uji laboratorium dengan standar baku mutulimbah dan klasifikasi nilai parameter fisika dan kimia limbah cair industri Hasil Dan PembahasanPengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan Uji Laboratorium yangmenghasilkan data primer. Objek utama dalam penelitian ini adalah Sungai Martapurauntuk memperoleh data sampel air sungai dan limbah cair sagu yang di akan di uji agarmenghasilkan inti dari penelitian. Hasil penelitian dan Pembahasan mengenai AnalisisDampak Limbah Cair Industri Pengolahan Sagu Terhadap Kualitas Air SungaiMartapura Desa Pemakuan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar berdasarkandalam tujuan penelitian sebagai berikutA. Parameter FisikaPenentuan parameter kualitas fisika air ditentukan berdasarkan sifat-sifat fisika air yangberkaitan dengan ukuran partikel padatan yang terkandung dalam air serta suhu EffendiHefni, 2003; Suyasa, 2015. Sifat fisik air limbah menunjukkan derajat kekotoran airlimbah sangat dipengaruhi oleh sifat fisik yang mudah terlihat seperti kandungan zatpadat sebagai efek estetika, kejernihan, bau, warna dan temperatur. Berdasarkan hasil ujilaboratorium yang dilakukan pada Industri Pengolahan Sagu Didi/Rui tanggal 21 April2020 untuk parameter fisika disajikan pada tabel 1. Hasil Uji Laboratorium 21 April 2020 Parameter FisikaSumber UPTD Laboratorium Kesehatan BanjarmasinTabel 1menjelaskan bahwa parameter TSS pada sampel Inlet berada di atas ambang batasbaku mutu lingkungan yang diindikasikan sebagai sebuah pencemaran tidak wajarmenurut Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan yaitu sebesar 192,6 mg/l dengan kadarmaksimum yang diperbolehkan membuang yaitu 100 mg/l. Nilai TSS yang tinggi padalimbah cair sagu disebabkan karena Industri Pengolahan Sagu membuat pati sagu yangkemudian diendapkan pada bak penampungan, sehingga menyebabkan banyaknya Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202044endapan yang dihasilkan. TSS merupakan bahan dasar yang tersuspensi yang tertahanpada saringan milipore dengan diameter pori 0,45mikrometer. TSS terdiri dari lumpur,pasir halus serta jasad-jasad renik yang disebabkan oleh kikisan erosi tanah yang terbawakedalam air Suyasa, 2015. Pengukuran parameter fisika juga dilakukan secara insituselama 2 hari pengambilan yang disajikan pada tabel 2. Pengukuran Parameter Fisika Insitu 21 April 2020Sumber Peneliti, 2020Tabel 2. menunjukkan bahwa parameter yang di uji secara insitu langsung. Parametersuhu dilakukan pengambilan sampel secara insitu, sampel suhu di ambil berdasarkan dengan menggunakan termometer yang dicelupkan langsung ke dalam sampelair dan dibiarkan selama 2 menit –5 menit sampai nilai termometer menunjukkan nilai stabil,kemudian catat pembacaan skala tanpa mengangkat termometer. Pengambilan suhu dilakukansecara insitu karena suhu udara di lapangan dapat mempengaruhi suhu pada air sungai dan airlimbah. Parameter pH diambil secara in situ karena memiliki kaitannya dengan koreksisuhu, pengambilan sampel pH secara in situ yaitu 7 , berbeda dengan hasil darilaboratorium yaitu 6 pada tabel2., ketidak akuratan alat yang digunakan secara insitu bisamenjadi kemungkinan perbedaan hasil yang diperoleh. Hasil Uji Laboratorium pada tanggal22 April 2020 di Industri Pengolahan Sagu Didi pada parameter fisika disajikan pada tabel 3..Tabel 3. Hasil Uji Laboratorium 22 April 2020 Parameter Fisika Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202045Sumber UPTD Laboratorium Kesehatan BanjarmasinTabel 3. menjelaskan bahwa 4 parameter fisika pada tanggal 22 April 2020 berada dibawah ambang batas baku mutu lingkungan menurut Peraturan Gubernur KalimantanSelatan dan sudah memenuhi syarat kualitas air yang ditentukan. Pengukuran parameterfisika juga dilakukan secara insitu selama 2 hari pengambilan yang disajikan pada tabel4. Tabel 4. Pengukuran Parameter Fisika Insitu 22 April 2020Sumber Peneliti, 2020Tabel 4. menunjukkan bahwa parameter yang di uji secara insitu langsung. Paremetersuhu menunjukkan nilai 27oC - 29oC suhu dilapangan dan suhu pada sampel air sungai28,2 oC, inlet 27,7 oC dan Outlet 28,4°C. Temperatur air yang baik sama dengantemperatur udara berkisar 20-30oC, untuk air yang tercemar memiliki temperatur di atasatau di bawah temperatur udara Hasrianti & Nurasia, 2015, sehingga temperatur suhupada sampel penelitian masih diambang batas yang telah ditentukan. Parameter pHdiambil secara in situ karena memiliki kaitannya dengan koreksi suhu dan merupakanparameter yang dapat mempengaruhi proses-proses biologis dan kimia Hasrianti &Nurasia, 2015, tingginya karbohidrat pada limbah cair sagu menyebabkan air bersifatasam dan menimbulkan bau asam, serta konsentrasi padatan tinggi, sehinggamempengaruhi pH air limbah sagu Ahmad, Yanti, & Muhiddin, 2019. Pengambilansampel pH secara in situ yaitu 7 , berbeda dengan hasil dari laboratorium yaitu 6 padatabel 4., ketidak akuratan alat yang digunakan secara insitu bisa menjadi kemungkinanperbedaan hasil yang diperoleh. Nilai pH dibawah 6,5 dapat meningkatkan korosifitaspada benda-benda logam dan menimbulkan rasa tidak enak dan dapat mengganggukesehatan, jika dikonsumsi oleh manusia Hasrianti & Nurasia, 2015.B. Parameter KimiaParameter pencemaran kimia ditentukan berdasarkan sifat-sifat kimia, sifat ini ditentukanterjadinya reaksi yang melibatkan ionik yang masuk kedalam air dan dapat merubahbentuk semula reaksi kimia. Penentuan parameter pencemaran parameter kimiaberdasarkan sifat-sifat kimia. Berdasarkan hasil uji laboratorium pengambilan sampelpada Industri Pengolahan Sagu Didi tanggal 21 April 2020 disajikan pada tabel 5. Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202046Tabel 5. Hasil Uji Laboratorium Parameter Kimia21 April 2020Industri Pengolahan Sagu Didi 21 April 2020 Sumber UPTD Laboratorium Kesehatan BanjarmasinTabel 5. menunjukkan bahwa terdapat 3 parameter yang melebihi ambang batas bakumutu limbah cair yaitu, BOD5226,8 mg/l dengan batas maksimum 150 mg/l dan COD540 mg/l dengan batas maksimum 300 mg/l pada sampel inlet industri pengolahan BOD5dan COD yang tinggi karena bahan organik yang terdapat pada air limbahpati sagu. Nilai COD dan BOD5memberikan gambaran besarnya bahan organik yangsulit terurai pada inlet limbah sagu. Hasil Uji Laboratorium pada tanggal 22 April 2020di Industri Pengolahan Sagu Didi pada parameter kimia disajikan pada tabel 6. Hasil Uji Laboratorium Parameter Kimia22 April 2020 Parameter KimiaIndustri Pengolahan Sagu Didi 22 April 2020 Sumber UPTD Laboratorium Kesehatan Banjarmasin Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202047Tabel 6. menunjukkan bahwa terdapat3 parameter yang melebihi kadar batas maksimumbaku mutu limbah cair menurut Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan. HasilInlet menunjukkan pada parameter BOD 151,5 mg/l melebihi batas maksimum yaitu 150mg/l, parameter COD 433 mg/l melebihi batas maksimum yaitu 300 mg/l dan parametersulfida 1,55 mg/l melebihi batas maksimum yaitu 0,3 mg/l. Hasil Outlet menunjukkanparameter Sulfida pada 0,5 x kedalaman sungai yaitu 1,03 mg/l dan pada 0,8 x kedalamansungai yaitu 1,0 mg/l. Nilai BOD dan COD yang tinggi karena bahan organik yangterdapat pada air limbah pati rumusan masalah pertama pada sembilan parameter yang diambil padasampel penelitian Air Sungai Martapura tabel 7. menunjukkan bahwa belum melebihiambang batas kadar maksimum yang telah ditetapkan Pemerintah Gubernur KalimantanSelatan, dan hal ini tidak sejalan dengan hipotesis yang telah dibuat dalam penelitian yaitukondisi kualitas air Sungai Martapura sebelum tercemar limbah cair industri saguberdasarkan pengukuran parameter fisika dan kimia berada di atas ambang batas bakumutu limbah cair industri sagu. Fakta dilapangan menyatakan bahwa Air SungaiMartapura masih digunakan masyarakat sekitar sungai untuk aktivitas kegiatan sehari-hari dan dalam keadaan normal tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh dan 7. Hasil Uji Laboratorium 21 April 2020Industri Pengolahan Sagu Didi 21 April 2020 Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202048Industri Pengolahan Sagu Didi 21 April 2020 Sumber UPTD Laboratorium Kesehatan BanjarmasinPenyelesaian rumusan masalah kedua pada sembilan parameter yang diuji pada sampelpenelitian Inlet Air Limbah Sagu tabel 7. terdapat tiga parameter yang melebihi kadarbatas maksimum yang ditentukan oleh Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatantentang Standar Baku Mutu Limbah Cair yaitu Parameter TSS 192,6 mg/l dengan kadarmaksimum 100 mg/l, BOD5226,8 mg/l dengan kadar maksimum 150 mg/l, dan COD 540mg/l dengan kadar maksimum 300 mg/l. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang dibuatkondisi limbah cair industri sagu berdampak pada kualitas air Sungai Martapuraberdasarkan parameter fisika dan kimia berada di atas ambang batas baku mutu limbahcair industri TSS tinggi disebabkan oleh banyaknya endapan yan tersuspensi pada air limbahsagu sehingga menyebabkan kekeruhan dan mempengaruhi warna air limbah. TTS terdiridari lumpur, pasir halus, jasad-jasad renik yang terjadi akibat erosi tanah yang terbawakedalam air Suyasa, 2015. Nilai BOD5dan COD tinggi disebabkan oleh bahan organikyang terdapat pada air limbah pati sagu, sehingga dapat memberikan gambarana besarnyakapasitas bahan organik yang sulit terurai pada inlet limbah sagu Sahubawa, 2008.Perbandingan rasio BOD/COD air limbah merupakan indikasi gambaran seberapa banyaktotal beban bahan organik kebutuhan oksigen tersedia secara hayati untuk degradasiRanasinghe, 2012. Rasio nilai BOD / COD yang tinggi menunjukkan toksisitas yanglebih rendah. BOD menunjukkan bahwa air limbah memiliki kandungan biodegradablesehingga perbedaannya berarti lebih banyak komponen non-biodegradable atau karena itu, COD dan BOD diukur untuk air limbah industri Ranasinghe, 2012.Penyelesaian rumusan masalah ketiga pada sembilan parameter yang diuji pada sampelpenelitian Outlet tabel 7. menunjukkan bahwa belum melebihi ambang batas kadarmaksimum yang telah ditetapkan Pemerintah Gubernur Kalimantan Selatan, dan hal initidak sejalan dengan hipotesis yang telah dibuat dalam penelitian yaitu kondisi kualitasair Sungai Martapura sebelum tercemar limbah cair industri sagu berdasarkan pengukuranparameter fisika dan kimia berada di atas ambang batas baku mutu limbah cair industrisagu, karena air limbah sagu yang dibuang ke anak sungai masih dalam batas dapatdinetralkan oleh anak sungai 8. Hasil Uji Laboratorium 22 April 2020Industri Pengolahan Sagu Didi 22 April 2020 Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202049Industri Pengolahan Sagu Didi 22 April 2020 Sumber UPTD Laboratorium Kesehatan BanjarmasinPenyelesaian rumusan masalah pertama pada sembilan parameter yang diambil padasampel penelitian Air Sungai Martapura tabel 8. menunjukkan bahwa belum melebihiambang batas kadar maksimum yang telah ditetapkan Pemerintah Gubernur KalimantanSelatan, dan hal ini tidak sejalan dengan hipotesis yang telah dibuat dalam penelitian yaitukondisi kualitas air Sungai Martapura sebelum tercemar limbah cair industri saguberdasarkan pengukuran parameter fisika dan kimia berada di atas ambang batas bakumutu limbah cair industri sagu. Fakta dilapangan menyatakan bahwa masyarakat sekitarsungai masih menggunakan air sungai untuk aktivitas kegiatan sehar-hari dan sungaimenunjukkan dalam keadaan normal tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh rumusan masalah kedua pada sembilan parameter yang di uji pada sampelpenelitian Inlet Air Limbah Sagu tabel 8. terdapat tiga parameter yang melebihi kadarbatas maksimum yang ditentukan oleh Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatantentang Standar Baku Mutu Limbah Cair yaitu Parameter BOD5151,5 mg/l dengan kadarmaksimum 150 mg/l, dan COD 433 mg/l dengan kadar maksimum 300 mg/l dan sulfida1,55 mg/l. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang dibuat kondisi limbah cair industri saguberdampak pada kualitas air Sungai Martapura berdasarkan parameter fisika dan kimiaberada di atas ambang batas baku mutu limbah cair industri BOD5dan COD yang tinggi karena bahan organik yang terdapat pada air limbahpati sagu. Nilai COD dan BOD5memberikan gambaran besarnya kapasitas bahan organik Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202050yang sulit terurai pada inlet limbah sagu sangat terbatas Sahubawa, 2008. Walaupunperanan BOD dan COD bukan sebagai penentu akan tetapi setara parameter lainnya yangmenjadi parameter kunci dugaan pencemaran Nuraini, Fauziah, & Lestari, 2019. Airlimbah yang mengandung sulfida menyebabkan bau seperti telur busuk, jikakandungannya 1,4mg/m3. Larutan garam sulfida bersifat korosif, karena sifatnya korosifmaka dapat menyebabkan kerusakan mata, kulit dan system pernafasan World HealtyOrganization, 2003.Biochemical Oxygen Demand BOD5, adalah gambaran kadar bahan organik yangmemiliki jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasikanbahan organik menjadi karbondioksida dan air Suyasa, 2015. Chemical OxygenDemand COD, merupakan menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untukmengoksidasi bahan-bahan kimiawi secara kimiawi atau bahan-bahan biologi yang sukarterdegradasi secara biologi menjadi CO2dan H2O Effendi, 2003; Suyasa, 2015.Penyelesaian rumusan masalah ketiga, pada sembilan parameter yang diuji pada sampelpenelitian Outlet tabel 8. terdapat satu parameter yang menunjukkan melebihi ambangbatas kadar maksimum yang telah ditetapkan Pemerintah Gubernur Kalimantan Selatanyaitu parameter Sulfida pada 0,5 x kedalaman sungai 1,03 mg/l dan pada 0,8 x kedalamansungai 1,0 mg/l dengan kadar batas maksimum yang diperbolehkan dibuang ke sungaiyaitu 0,3 mg/l, hal ini sejalan dengan hipotesis yang telah dibuat dalam penelitian yaitukondisi limbah cair industri sagu berdampak pada kualitas air Sungai Martapuraberdasarkan parameter fisika dan kimia berada di atas ambang batas baku mutu limbahcair industri sagu. Zat organik tinggi dalam badan air akan mempengaruhi kadar sulfida,sehingga akan berdampak pada biota yang ada didalam sungai, hal ini dibuktikan bahwawarga sekitar sungai mengatakan berkurangnya ikan-ikan yang ada disungai tidaksebanyak waktu dulu serta kekeruhan air yang terjadi disepanjang pinggiran sungai akibatlimbah cair sagu yang banyak KesimpulanBerdasarkan pembahasan sebelumnya didapatkan beberapa kesimpulan dan saran untukpenelitian ini. Hasil pengujian laboratorium untuk kualitas air sungai sebelum tercampurair limbah yang dilakukan pada sampel Air Sungai Martapura di kedalaman 0,2 xkedalaman sungai , 0,5 x kedalaman sungai, dan 0,8 x kedalaman sungai dengan 9parameter dalam keadaan normal dan tidak melebihi nilai ambang batas yang sudahditetapkan oleh Gubernur Kalimantan pengujian laboratorium untuk kualitas air limbah sagu inlet yang dilakukan padasampel Inlet Industri Pengolahan Sagu Didi terdapat 4 parameter yang melebihi melebihikadar maksimum ambang batas dari peraturan Gubernur Kalimantan Selatan tentangLimbah Cair Industri Pengolahan Sagu/Tepung yaitu, hari pertama pengambilan sampelTSS 192,6 mg/l, BOD 226,8 mg/l dan COD 540 mg/l dan hari kedua pengambilan sampelBOD 151,5 mg/l, COD 433 mg/l dan Sulfida 1,55 mg/ untuk hasil pengujian laboratorium kualitas air sungai setelah tercampur airlimbah yang dilakukan pada sampel Outlet Industri Pengolahan Sagu Didi terdapat 1parameter yang melebihi melebihi kadar maksimum ambang batas dari peraturanGubernur Kalimantan Selatan tentang Limbah Cair Industri Pengolahan Sagu/Tepungyaitu pada pengambilan sampel hari kedua dikedalaman 0,5x kedalaman sungai nilaisulfida 1,3 dan kedalaman 0,8 x kedalaman nilai sulfida 1,0mg/l. Industri PengolahanSagu Didi adalah jenis skala kecil yang limbahnya di buang ke sungai masih dalam batas Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202051dapat dinetralkan oleh sungai tersebut sehingga belum tinggi tingkat pencemarannya danmerusak dalam penelitian ini bersifat membangun dan diharapkan dapat memberi masukanyang positif bagi siapa saja yang terlibat dalam penelitian ini khusus nya para pelakuIndustri Pengolahan Sagu Desa Pemakuan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar,saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut 1 Peneliti menyarankan kepada instansi terkait atau pemerintah untuk melakukanpembinaan dan edukasi kepada Pelaku Industri Pengolahan Sagu, perlunyapembinaan secara optimal dan berkelanjutan memerlukan pengkajian danperencanaan yang matang.2 Peneliti menyarankan kepada produsen industri pengolahan sagu dengan mengelolalimbah cair sagu dengan pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah sederhana dantidak langsung dibuang ke sungai. Peneliti juga menyarankan untuk menggunakaneceng gondok atau Pistia stratiotes di sekitar lingkungan Industri Pengolahan Sagusebagai media pengurangan intensitas pencemaran dan kekeruhan ReferensiAhmad, S. W., Yanti, N. A., & Muhiddin, N. H. 2019. Pemanfaatan Limbah Cair Saguuntuk Memproduksi Selulosa Bakteri Utilization of Sago Liquid Waste forBacterial Cellulose Production .151, 33– H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkungan Perairan Pt. Kanisius, Ed.. M. 2005. Sago palm. Metroxylon sagu Rottb. D. J. Heller, Ed.. S. O., Payung, P., & Yawan, J. 2016. Kualitas Limbah Cair Ekstraksi SaguMetroxylon Sp. Menggunakan Alat Penyaring Sistem Berlapis Pada BeberapaWaktu Penyimpanan. Agrointek,101, & Nurasia. 2015. Analisis Warna Suhu pH dan Salinitas Air Sumur Bor diKota Palopo. Universitas Cokroaminoto Palopo,2, 747– Q., Zheng, P., & Cai, J. 2007. Sources of sulfide in waste streams and currentbiotechnologies for its removal. Journal of Zhejiang University Science A,87,1126–1140. E., Fauziah, T., & Lestari, F. 2019. Penentuan Nilai Bod Dan Cod Limbah CairInlet Laboratorium Pengujian Fisis Politeknik ATK Yogyakarta. LaboratoriumPengujian Fisis,Politeknik,07, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Revisi 200; T. Chandra, Ed.. SidoarjoZifatama I. 2012. Relationship between the COD and L. 2008. Analisis dan Prediksi Beban Pencemaran Limbah Cair IndustriKayulapis PT. Jati Dharma Indah, Serta Dampaknya Terhadap Kualitas PerairanLaut Analysis ond Prediction of Playwood Industry Liquid Waste Pollution Impactat PT Jati Dharmo Indah snd their Elfe. Jurnal Perikanan dan Kelautan,152, 70– A. N. & Effendi, M. 2017. The Relationship of Human Activity and WaterQuality in Riam Kanan Reservoir, South Kalimantan. Advances in Social Science,Education and Humanities Research. Diambil dari W. B. 2015. Pencemaran Air & Pengolahan Air Limbah J. Atmaja, Ed.. Bali Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202052Udayana University Press Kampus Universitas Udayana G. A. 1986. Water Pollution and Disposal of Waste Water on Land BukuTerje; Rajawali, Ed.. Jakarta CV. Healty Organization. 2003. Hydrogen Sulfide in Drinking-water. Guidelines fordrinking-water quality , 2nd ed.,2, 4. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this waste streams are generated by a number of industries. It is emitted into the environment as dissolved sulfide S2− and HS− in wastewaters and as H2S in waste gases. Due to its corrosive nature, biological hydrogen sulfide removal processes are being investigated to overcome the chemical and disposal costs associated with existing chemically based removal processes. The nitrogen and sulfur metabolism interacts at various levels of the wastewater treatment process. Hence, the sulfur cycle offers possibilities to integrate nitrogen removal in the treatment process, which needs to be further optimized by appropriate design of the reactor configuration, optimization of performance parameters, retention of biomass and optimization of biomass growth. The present paper reviews the biotechnological advances to remove sulfides from various Limbah Cair Sagu untuk Memproduksi Selulosa Bakteri Utilization of Sago Liquid Waste for Bacterial Cellulose Production S W AhmadN A YantiN H MuhiddinAhmad, S. W., Yanti, N. A., & Muhiddin, N. H. 2019. Pemanfaatan Limbah Cair Sagu untuk Memproduksi Selulosa Bakteri Utilization of Sago Liquid Waste for Bacterial Cellulose Production . 151, Nilai Bod Dan Cod Limbah Cair Inlet Laboratorium Pengujian Fisis Politeknik ATK Yogyakarta. Laboratorium Pengujian FisisE NurainiT FauziahF LestariNuraini, E., Fauziah, T., & Lestari, F. 2019. Penentuan Nilai Bod Dan Cod Limbah Cair Inlet Laboratorium Pengujian Fisis Politeknik ATK Yogyakarta. Laboratorium Pengujian Fisis,Politeknik, 07, between the COD and BODI RanasingheRanasinghe, I. 2012. Relationship between the COD and dan Prediksi Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Kayulapis PT. Jati Dharma Indah, Serta Dampaknya Terhadap Kualitas Perairan Laut Analysis ond Prediction of Playwood Industry Liquid Waste Pollution Impact at PT Jati Dharmo Indah snd their ElfeL SahubawaSahubawa, L. 2008. Analisis dan Prediksi Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Kayulapis PT. Jati Dharma Indah, Serta Dampaknya Terhadap Kualitas Perairan Laut Analysis ond Prediction of Playwood Industry Liquid Waste Pollution Impact at PT Jati Dharmo Indah snd their Elfe. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 152, Relationship of Human Activity and Water Quality in Riam Kanan Reservoir, South KalimantanA N SaputraM EffendiSaputra, A. N. & Effendi, M. 2017. The Relationship of Human Activity and Water Quality in Riam Kanan Reservoir, South Kalimantan. Advances in Social Science, Education and Humanities Research. Diambil dari Air & Pengolahan Air LimbahW B SuyasaSuyasa, W. B. 2015. Pencemaran Air & Pengolahan Air Limbah J. Atmaja, Ed.. Bali Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 2020 52Water Pollution and Disposal of Waste Water on Land Buku Terje; RajawaliG A TicoaluTicoalu, G. A. 1986. Water Pollution and Disposal of Waste Water on Land Buku Terje; Rajawali, Ed.. Jakarta CV. Sulfide in Drinking-water. Guidelines for drinking-water qualityWorld Healty Organization. 2003. Hydrogen Sulfide in Drinking-water. Guidelines for drinking-water quality, 2nd ed., 2, 4. Dalamhal penentuan aturan mengenai baku mutu air limbah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, maka Pasal 5 Ayat (1) menyebutkan 2 kriteria utama yang harus dipenuhi, meliputi: Peraturan yang dibuat oleh pemerintah harus lebih ketat atau minimal setara dengan standar yang sebelumnya ditetapkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
ï»żSelain memenuhi persyaratan pembuangan air limbah dari aspek kesehatan, sisa pengolahan flow meter air limbah yang akan dibuang juga wajib memenuhi standar baku mutu dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Parameter standar tersebut terbagi menjadi 3 aspek, yaitu kimia, fisika, dan biologi. Untuk mengetahui parameter tersebut, maka akan dijelaskan sebagai berikut Parameter Kimia Untuk memenuhi standar air untuk kebutuhan sanitasi, maka air yang dibuang harus memenuhi dua parameter, yaitu parameter wajib dan tambahan. Parameter wajib meliputi -Kadar pH maksimal 6,5 sampai 8,5 mg/L -Kadar besi maksimal 1 mg/L -Kadar CaCO3 maksimal 500 mg/L -Kadar Florida maksimal 1,5 mg/L -Nitrat, sebagai N maksimal 10 mg/L -Nitrit, sebagai N maksimal 1 mg/L -Kadang Mangan maksimal 0,5 mg/L -Kadar Sianida maksimal 0,1 mg/L -Kadar deterjen maksimal 0,05 mg/L -Kadar total pestisida maksimal 0,1 mg/L Sementara itu, parameter tambahan meliputi -Air raksa maksimal 0,001 mg/L -Arsen maksimal 0,05 mg/L -Kromium valensi 6 maksimal 0,05 mg/L -Kadmium maksimal 0,005 mg/L -Seng maksimal 15 mg/L -Selenium maksimal 0,01 mg/L -Sulfat 400 mg/L -Timbal maksimal 0,05 mg/L -Benzene maksimal 0,01 mg/L -KMNO4 maksimal 10 mg/L Parameter Biologi Pemenuhan parameter biologi untuk pembuangan air limbah juga penting, dengan parameter sebagai berikut Kadar total coliform maksimal 50 untuk setiap CFU/100ml Kadar bakteri E. Coli harus 0 untuk setiap CFU/100ml Parameter Fisika Selain parameter kimia dan biologi, sisa pembuangan air limbah juga harus memenuhi parameter fisika, antara lain -Kekeruhan dengan kadar maksimum 25 NTU -Warna dengan kadar maksimum 50 TCU -Total Dissolved Solid TDS dengan kadar maksimum 1000 mg/L -Suhu udara kurang lebih 3 derajat Celcius -Tidak memiliki rasa

Seluruhparameter kritis terkait kualitas air limbah setiap industri telah dicantumkan dalam

The high risk of the Coronavirus disease COVID-19 pandemic has caused the government set a various of policies to limit citizen mobility. The imposition of this mobility restriction has a significant impact on the environment. This study aims to analyze several physic-chemical waters parameters in Kadia River during the first year of the COVID-19 pandemic. The results of this study indicate that temperature, turbidity, DO at low tide and BOD exceed the required quality standard. The contribution of household domestic waste is very likely to have an effect on the height of some of these parameters, because in the first-year people are more active at home work from home. The other parameters DHL, pH, NO2, PO4 are still within the quality standard threshold level. Therefore, it is necessary to control and manage waste water from urban domestic so that the sustainability of river ecosystems can continue in the future. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Serambi Engineering, Volume VI, No. 3, Juli 2021 hal 2190 - 2196 2190 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 Analisis Parameter Fisik-Kimia Air Sungai Kadia pada Tahun Pertama Pandemi COVID-19 di Kota Kendari Sumarlin1, Suherman2, Moch. Assidieq3 1,2, 3Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Kendari *Koresponden email sumarlin Diterima 2 Agustus 2021 Disetujui 10 Agustus 2021 Abstract The high risk of the Coronavirus pandemic COVID-19 has prompted the government to adopt a variety of policies to limit citizen mobility. The imposition of this mobility restriction has important consequences for the environment. This study analyzes several physical-chemical parameters of the waters of the Kadia River during the first year of the COVID-19 pandemic. The results of this study indicate that temperature, turbidity, DO at low tide and BOD exceed the required quality standard. The contribution of household domestic waste is very likely to have a significant impact on the height of some of these parameters, because in the first year, people are more active at home working from home. The other parameters DHL, pH, NO2, PO4 are still in the threshold of the quality standard . Therefore, it is necessary to monitor and manage wastewater from urban households so that the sustainability of river ecosystems to continue in the future. Keywords COVID-19, parameter, physic-chemical, Kadia River, Kendari Abstrak Tingginya risiko pandemik Corona virus disease COVID-19 menyebabkan pemerintah menetapkan sejumlah kebijakan untuk membatasi mobilitas masyarakat. Pemberlakuan pembatasan mobilitas ini berpengaruh signifikan pada lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa parameter fisik-kimia pada air Sungai Kadia di masa tahun pertama pandemik COVID-19. Hasil penelitian ini menunjukkan suhu, turbiditas, DO saat air surut dan BOD melampaui ambang baku mutu yang telah disyaratkan. Kontribusi limbah domestik rumah tangga sangat berpengaruh pada tingginya beberapa parameter ini, karena pada tahun pertama masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah. Adapun parameter lainnya DHL, pH, NO2, PO4 masih dalam taraf ambang baku mutu. Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian dan pengelolaan air limbah dari domestik perkotaan agar kelestarian ekosistem sungai dapat berlanjut dimasa mendatang. Kata Kunci COVID-19, parameter, fisika-kimia, Sungai Kadia, Kendari 1. Pendahuluan Penyebaran Corona virus disease COVID-19 yang telah mengglobal menimbulkan berbagai ragam persoalan, bukan hanya permasalahan kesehatan semata tetapi juga mempengaruhi masalah sosial ekonomi dan lingkungan. Sejak teridentifikasi di Kota Wuhan pada 31 bulan Desember 2019 sampai saat ini per 18 Juli 2021, jumlah kasus COVID-19 telah mencapai kasus dan jumlah kematian mencapai kasus [1]. Selain itu, COVID-19 telah bermutasi dan membentuk beberapa varian. Kasus varian Alpha ditemukan di 180 negara, varian Betha 130 negara, varian Gamma 78 negara, varian Delta 124 negara. Sementara itu, pada skala nasional, per 23 Juli 2021 terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak kasus, sebanyak sembuh dan sebanyak meninggal [2]. Tingginya angka kematian ini menyebabkan pemerintah menetapkan berbagai kebijakan untuk mengurangi mobilitas masyarakat karena pada prinsipnya proses penularan COVID-19 melalui kontak dari orang ke orang [3]. Konsekuensi dari pembatasan mobilitas dan lockdown tersebut membawa bagi lingkungan di berbagai tempat, misalnya tingginya kejernihan air di Laguna Venesia, Italia[4], menurunnya konsentrasi material partikulat tersuspensi danau Vembanad di India [5], menurunnya konsentrasi BOD, COD dan arsenik di Sungai Gangga India[6] dan berkurangnya nilai risiko karsinogenik pada air Sungai Meric-Ergene, Turki [7]. COVID-19 juga telah menyebar di Kota Kendari sejak temukan kasus pertama tanggal 9 Maret 2020 [8]. Saat ini di Kendari tercatat kasus positif, sembuh dan 83 dinyatakan meninggal [9]. Kota Kendari merupakan kota yang terletak di pesisir Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara. Terdapat beberapa sungai yang membela Kota Kendari, salah satunya Sungai Kadia. Sungai Kadia bermuara di Sungai Serambi Engineering, Volume VI, No. 3, Juli 2021 hal 2190 - 2196 2191 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 Wanggu selanjutnya menuju Teluk Kendari. Penggunaan lahan sepanjang aliran Sungai Kadia digunakan sebagai pertokoan, pasar buah, pergudangan dan pemukiman penduduk. Populasi penduduk yang padat, pengembangan lahan, dan industrialisasi menghasilkan sejumlah limbah organik dan anorganik sehingga mencemari badan air[10]. Bangunan pemukiman maupun pertokoan di bantaran Sungai Kadia dirancang membelakangi sungai untuk mempermudah mengalirkan air sisa kegiatan mandi cuci kakus MCK dan limbah domestik lainnya. Air limbah domestik dari aktivitas manusia memberikan kontribusi peningkatan kosentrasi biological oxygen demand BOD dan chemical oxygen demand COD pada aliran sungai [11]. Tercemarnya air sungai dari aktivitas antropogenik tersebut dapat mendatangkan masalah kesehatan yang serius seperti gatal-gatal, diare dan gangguan penyakit bawaan lainnya. Selain itu, kontaminasi air limbah pada aliran sungai menjadi media penyebaran virus enteric adenovirus, aichivirus, astrovirus, cosavirus, enterovirus, virus hepatitis A dan E, norovirus dari genogrup I dan II, rotavirus A dan salivirus sebagai penyebab penyakit akut [12]. Semakin buruk kualitas air sungai maka ancaman kelimpahan bakteri pathogen dan antibiotik pada air sungai akan semakin besar. Untuk itulah, penelitian ini bertujuan menganalisis beberapa parameter fisik-kimia Suhu, DHL, Turbiditas, DO, pH, NO2, PO4, BOD air Sungai Kadia pada tahun pertama masa Pandemi COVID-19 di Kota Kendari. 2. Metode Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada perairan Sungai Kadia, Kecamatan Kadia, Kota Kendari. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan, Universitas Muhammadiyah Kendari dan UPTD Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2020 sampai bulan Juli 2021. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System GPS, botol sampel, wadah penyimpanan sampel cooling box, thermometer, DO meter, pH meter sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel air sungai sebanyak 1 liter/titik pengamatan Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada [13], sebagai berikut 1. Menentukan titik-titik pengambilan sampel dengan membagi beberapa segmen yang diharapkan dapat mewakili populasi. Dalam penelitian ini diambil 3 titik pada aliran Sungai Kadia yaitu titik I hulu sungai -3057’52,613” LS, 122028’21,964”, titik II tengah sungai -3058’18,699” LS, 122029’34,121”, titik III hilir sungai 3059’4,956” LS, 122031,969” Gambar 1. Lokasi penelitian Sumber Hasil analisis, 2021 2. Menyiapkan peralatan dan bahan 3. Pengambilan sampel air sungai, dengan langka-langka sebagai berikut Serambi Engineering, Volume VI, No. 3, Juli 2021 hal 2190 - 2196 2192 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 a. Menyiapkan alat pengambilan sampel yang relevan dengan kondisi sungai b. Membilas alat pengambilan sampel dengan air bersih sebanyak 3 tiga kali c. Mengambil sampel sesuai dengan peruntukan analisis, campurkan dalam penampung sementara kemudian dihomogenkan d. Memasukan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis 4. Menguji dan mengalisis parameter suhu, kekeruhan, daya hantar listrik, pH di titik pengamatan langsung di lapangan in situ 5. Hasil pengujian parameter lapangan dicacat, dan dokumentasikan 6. Pengambilan sampel untuk parameter pengujian di laboratorium dan dilakukan pengawetan 7. Menguji dan menganalisis Biological Oxigen Demand BOD, Fosfat PO4, Nitrat NO3 di laboratorium 3. Hasil dan Pembahasan Parameter Suhu, Daya Hantar Listrik, Turbiditas, DO, dan pH Air Sungai Kadia Parameter yang diuji langsung di lapangan in situ pada 3 tiga titik T1 Sungai Kadia Hulu, T2 sungai Kadia Tengah, T3 Sungai Kadia Hilir saat pasang, T4 Sungai Kadia Hilir saat surut dalam dalam penelitian ini meliputi parameter suhu temperatur, daya hantar listrik DLH, kekeruhan turbiditas, oksigen terlarut dissolved oxygen/DO, derajat keasaman pH. Hasil uji in situ parameter air Sungai Kadia tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter suhu, daya hantar listrik, turbiditas, DO, dan pH air Sungai Kadia Sungai Kadia Hilir Pasang T3 Sungai Kadia Hilir Surut T4 Sumber Hasil analisis, 2021 Berdasarkan Tabel 1, nilai suhu temperatur pada air Sungai Kadia pada titik T1 sebesar 36,2 oC, titik T2 sebesar 29,5oC, titik T3 sebesar 29,4oC, dan titik T4 sebesar 24,9oC. Hal ini menunjukkan semakin ke arah hilir temperatur air sungai semakin menurun. Suhu temperatur berkaitan erat dengan kemampuan air dalam menjerap oksigen dari udara sehingga mikroba dapat mendekomposisi bahan organik[14]. Sementara itu ambang baku mutu menurut [15] mensyaratkan deviasi 3 yaitu ± 30 C dari suhu normal air alamiah 250C berarti berkisar 220 C-280C. Suhu air Sungai Kadia berkisar 24,90C-360C, ini mengindikasikan suhu air sungai Kadia tidak dapat menunjang berlangsungnya ekosistem di perairan sungai, sebagaimana terlihat dalam Gambar 2. Secara umum, kisaran temperatur yang optimal untuk kehidupan fitoplankon di perairan berkisar 200-300 [16] Pada pengamatan daya hantar listrik DLH pada air Sungai Kadia pada titik T1 sebesar 6,95 pada titik T1 sebesar 6,95 ”mhos/cm, titik T2 sebesar 2,51 ”mhos/cm, titik T3 sebesar 2,43 ”mhos/cm dan titik T4 sebesar 4,68 ”mhos/cm. Daya hantar listrik DLH pada Sungai Kadia mengalami fluktuasi. DHL tertinggi terjadi pada titik T1 dan DLH terendah pada titik T3. Fluktuasi DLH ini disebabkan oleh kondisi saat pengambilan sampel. DHL tinggi berarti saat pengambilan sampel air kondisi perairan sedang dalam keadaan keruh yang mengindikasikan banyaknya senyawa organik atau ion-ion lain yang dapat menghantarkan listrik. Adapun nilai DHL rendah berarti pengambilan sampel air dalam kondisi perairan sedang jernih atau tidak keruh. DLH dapat dilihat pada Gambar 3. Kekeruhan turbiditas air menjadi salah satu parameter untuk menentukan kualitas air, lihat Gambar 4. Hasil analisis kekeruhan pada air Sungai Kadia menunjukkan bahwa, nilai kekeruhan pada titik T1 sebesar 69,9 NTU, titik T2 sebesar 87,6 NTU, titik T3 sebesar 99,6 NTU, dan titik T4 sebesar 0,55 NTU. Nilai kekeruhan pada titik T3 lebih besar daripada titik lainnya. Tingginya kekeruhan air Sungai Kadia ini disinyalir pada waktu pagi hari masyarakat banyak yang melakukan pembuangan limbah cair/padat, pembuangan sampah organik dan anorganik ke aliran sungai, dan lain sebagainya. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan warna alamiah air sungai, kekuning- kuningan, kotor, berbau serta terjadinya kekeruhan. Selain itu kekeruhan air sungai juga disebabkan oleh menumpuknya bahan organik yang berasal dari aktivitas perumahan dan industri di sekitar bantaran sungai. Buangan limbah domestik dan non domestik dapat juga meningkatkan parameter air sungai yang lain yaitu oksigen terlarut dissolved oxygen/ DO. Serambi Engineering, Volume VI, No. 3, Juli 2021 hal 2190 - 2196 2193 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 01020304050607080T1 T2 T3 T4Gambar 5. Karakteristik DO Air Sungai Kadia DO mg/LBaku Mutu Kelas IIISumber Hasil penelitian, 2021 Pada pengamatan oksigen terlarut dissolved oxygen/ DO pada air sungai Kadia menunjukkan nilai DO pada titik T1 sebesar 0,11 mg/L, titik T2 sebesar 0,17 mg/L, titik T3 sebesar 0,21 mg/L dan titik T4 sebesar 70,3 mg/L Gambar 5. Nilai DO mengalami peningkatan secara signifikan pada titik T4 disebabkan karena pada titik ini merupakan bagian hilir sungai dan kebolehjadian sungai telah tercemar oleh akumulasi hasil buangan limbah domestik dan non domestik. Sumber Hasil penelitian, 2021 Limbah organik dan anorganik yang dibuang ke dalam aliran sungai mempengaruhi peningkatan derajat keasaman [17]. Air dengan nilai pH normal sekitar 6,5 -7,5 dapat memenuhi syarat untuk kehidupan. Hasil analisis pH pada air sungai Kadia menunjukkan nilai pH pada titik T1 sebesar 5,86, titik T2 sebesar 5,53, titik T3 sebesar 0,21 dan titik T4 sebesar 5,83. Nilai pH meningkat pada titik T1, nilai pH berkisar antara 5,0-6,0 Gambar 6. Limbah yang dibuang tidak bersifat asam atau basa dalam kadar yang tinggi, namun lebih bersifat organik yang dapat terurai baik secara biologis maupun kimiawi di badan air. Air bersifat asam memiliki pH kurang dari 7 dan bersifat air basa lebih dari 7. Peningkatan nilai derajad pH dipengaruhi oleh limbah organik maupun anorganik yang di buang ke sungai. Parameter Nitrat NO2, Phosphat PO4 dan Biological Oxigen Demand BOD Air Sungai Kadia Sampel air sungai untuk menguji parameter Nitrat NO2, Phosphat PO4 dan Biological Oxigen Demand BOD diambil pada 3 titik yang berbeda yaitu hulu Sungai Kadia T1, tengah Sungai Kadia T2 dan hilir Sungai Kadia kondisi pasang T3 dan surut T4. Alat wadah yang digunakan untuk menampung sampel air sungai adalah botol ukuran 1 liter. Sementara, ukuran kedalaman dan waktu pengambilan sampel, bervariasi. Adapun kedalaman dan waktu pengambilan sampel pada titik T1 0,30 meter; pukul 1000 WITA; T2 0,40 meter; pukul 1300 WITA; T3 0,15 meter; pukul 1500 WITA saat air pasang, T4 0,70 meter; pukul 0800 WITA saat air surut. Berdasarkan hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa kandungan parameter BOD, NO3 dan PO4 di Sungai Kadia pada tiap titik cukup bervariasi. Kandungan parameter BOD pada titik T1 sebesar 12,80 mg/L, titik T2 sebesar 28,20 mg/L, titik T3 sebesar 10,50 mg/L dan titik T4 sebesar 32,50 mg/L. Kandungan NO3 pada titik T1 sebesar 1,41 mg/L, titik T2 sebesar 1,62 mg/L, titik T3 sebesar 1,89 mg/L dan titik T4 012345678T1 T2 T3 T4DHL ”mhos/cm0510152025303540T1 T2 T3 T4Gambar 2. Keadaan Suhu Air Sungai Kadia Suhu ÂșC Baku Mutu Kelas III020406080100120T1 T2 T3 T4Gambar 4. Keadaan Turbiditas Air Sungai Kadia TurbiditasNTUBaku MutuKelas III01234567T1 T2 T3 T4Gambar 6. Keadaan pH Air Sungai Kadia pH Baku Mutu Kelas IIIGambar 3. Daya Hantar Listrik Air Sungai Kadia Kadia Serambi Engineering, Volume VI, No. 3, Juli 2021 hal 2190 - 2196 2194 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 sebesar 1,57 mg/L. Sedangkan kandungan PO4 pada titik T1 sebesar 0,026 mg/L, titik T2 sebesar 0,112 mg/L, titik T3 sebesar 0,018 mg/L dan titik T4 sebesar 0,175 mg/L. Hasil uji laboratorium parameter air sungai kadia tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter BOD, NO3 dan PO4 air Sungai Kadia Sungai Kadia Hilir Pasang T3 Sungai Kadia Hilir Surut T4 Sumber Hasil penelitian, 2021 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan parameter BOD, NO3 dan PO4 di Sungai Kadia bervariasi pada tiap titiknya. Jika dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan [15], [18] dengan batas maksimum kandungan BOD sebesar 6 mg/L Kelas III NO3 sebesar 20 mg/L Kelas III dan PO4 sebesar 1 mg/L Kelas III. Nilai BOD pada titik T1, T2, T3 dan T4 berada dikisaran 10-33 mg/L, ini artinya Sungai Kadia dikategorikan tercemar karena nilai BOD sudah melebihi baku mutu dengan nilai yang sangat signifikan. Limbah domestik berkontribusi pada peningkatan BOD perairan sungai[11]. Nilai NO3 pada titik T1, T2, T3 dan T4 berada dikisaran 1-2 mg/L, hal ini mengindikasikan bahwa nilai ini masih dibawah baku mutu dan dikategorikan belum tercemar. Nitrat di perairan merupakan makro nutrien yang mengendalikan produktivitas primer di daerah eufotik. Kadar nitrat di perairan hilir dipengaruhi oleh asupan dari badan sungai yang bersumber dari buangan rumah tangga, kotoran hewan dan manusia serta pertanian[19]. Adapun nilai PO4 pada titik T1, T2, T3 dan T4 berada dikisaran 0,010-1,200 mg/L telah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Meskipun nilai NO3 masih dibawah baku mutu, tetapi BOD dan PO4 berdasarkan kategori pencemaran air sungai sudah melebihi baku mutu dengan nilai yang sangat signifikan tentu hal tersebut tidak sesuai untuk kehidupan organisme perairan. Grafik perbandingan parameter BOD, NO3 dan PO4 di Sungai Kadia dengan baku mutu dapat dilihat pada Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9. Sumber Hasil penelitian, 2021 Pada tiap titik pengambilan sampel tingkat pencemaran Sungai Kadia bervariasi. Salah satu penyebabnya karena penggunaan lahan dan aktivitas sepanjang aliran Sungai Kadia juga cukup beragam, diantaranya terdapat pertokoan, pasar buah, pergudangan, dan juga pemukiman yang cukup padat. Dengan demikian limbah yang dihasilkan cukup beragam. Tingkat pencemaran paling tinggi terdapat di bagian hilir sungai sedangkan tingkat pencemaran paling rendah terdapat di bagian hulu sungai Kadia. Peningkatan parameter fisik kimia seperti BOD, DO dan parameter lainnya tidak lain disebabkan oleh akumulasi limbah kegiatan perkotaan limbah domestik, limbah aktivitas pasar, pertanian, dan industri dan kegiatan antropogenik lainnya di sepanjang daerah aliran sungai [20]. Aktivitas masyarakat di sekitar daerah aliran sungai DAS menjadi penyebab tingginya tingkat pencemaran dan menimbulkan vektor penyakit bawaan. Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian dan pengelolaan air limbah domestik agar fungsi ekosistem tidak hilang sebagaimana mestinya [21] dengan demikian, kelestarian fungsi air sungai dapat berlanjut dimasa mendatang. T2 T3 T4Gambar 7. Parameter BOD Air Sungai Kadia BOD Baku Mutu Kelas T2 T3 T4Gambar 8. Parameter NO3Air Sungai Kadia NO3 Baku Mutu Kelas T2 T3 T4Gambar 9. Parameter PO4Air Sungai Kadia PO4 Baku Mutu Kelas III Serambi Engineering, Volume VI, No. 3, Juli 2021 hal 2190 - 2196 2195 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 4. Kesimpulan Penelitian ini menganalisis beberapa parameter fisik-kimia Suhu, DHL, Turbiditas, DO, pH, NO2, PO4, BOD air Sungai Kadia pada tahun pertama pandemi COVID-19 melalui metode pengujian langsung in situ dan pengujian laboratorium. Hasil penelitian ini menunjukkan parameter suhu, turbiditas, DO, BOD melewati ambang baku mutu yang disyaratkan dalam PP Tahun 2001 dan PP No. 22 tahun 2021. Tingginya parameter-parameter tersebut pada Sungai Kadia tahun pertama masa pandemik COVID-19 ini disinyalir dipengaruhi banyaknya limbah domestik rumah tangga yang masuk di aliran sungai karena sebagian besar masyarakat beraktivitas di rumah masing-masing. Adapun parameter lainnya DLH, pH, NO3, PO4 yang diuji dan analisis dalam penelitian ini belum melewati ambang baku mutu. Perlu penelitian lebih lanjut untuk membandingkan nilai parameter fisik-kimia sebelum, dan setelah setahun lebih pandemik COVID-19 ini. 5. Ucapan Terimaksih Terimakasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Kendari atas kerjasama yang baik selama berlangsungnya penelitian ini. 6. Singkatan Corona Virus Disease 2019 Unit Pelaksana Teknis Daerah 7. Referensi [1] WHO. 2021. COVID-19 Weekly Epidemiological Update. diakses tanggal 27 Juli 2021. [2] KPCPEN. 2021. Data Sebaran. diakses tanggal 27 Juli 2021. [3] Li, Q., X. Guan, P. Wu, X. Wang., L. Zhou. 2020. Early Transmission Dynamics in Wuhan, China, of Novel Coronavirus–Infected Pneumonia. N. Engl. J. Med., 382 13, 1199–1207, doi [4] Braga. F., G. M. Scarpa, V. E. Brando, G. Manfe., and L. Zaggia. 2020. COVID-19 lockdown measures reveal human impact on water transparency in the Venice Lagoon. Sci. Total Environ., 736, 139612, doi [5] Yunus, Y. Masago, and Y. Hijioka 2020. COVID-19 and surface water quality Improved lake water quality during the lockdown. Sci. Total Environ., 731, 139012, doi [6] Duttagupta, S., Bhanja., A. Dutta., S. Sarkar., M. Chakraborty. 2021. Impact of Covid-19 Lockdown on Availability of Drinking Water in the Arsenic-Affected Ganges River Basin. Int. J. Environ. Res. Public. Health, 18 6, 2832, doi [7] Tokatlı. C., and M. Varol. 2021. Impact of the COVID-19 lockdown period on surface water quality in the Meriç-Ergene River Basin, Northwest Turkey. Environ. Res.,197, 111051, 1–8, doi [8] Persada. S. 2021. Kisah Pasien Covid-19 Pertama di Kendari yang Sembuh, Tempo, Jakarta, https // diakses 27 Juli 2021 [9] Diskominfo Kota Kendari. 2021. Update Covid-19 Kota Kendari. diakses 27 Juli 2021 [10] Kamble, 2014. Water Pollution and Public Health Issues in Kolhapur City in Maharashtra. International Journal of Scientific and Research Publications, 4 1, 6. [11] Arum, S. P. I., and D. Harisuseno. 2019. Domestic Wastewater Contribution to Water Quality of Brantas River at Dinoyo Urban Village, Malang City. J-PAL,10 2, 8. doi Serambi Engineering, Volume VI, No. 3, Juli 2021 hal 2190 - 2196 2196 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 [12] Prevost, B., F. S. Lucas., A. Goncalves., F. Richard., and S. Wurtzer 2015. Large scale survey of enteric viruses in river and waste water underlines the health status of the local population,” Environ. Int., 79, 42–50. doi [13] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Standar Nasional Indonesia SNI Air dan air limbah metoda pengambilan contoh air limbah. PU Cipta Karya. diakses 27 Juli 2021 [14] Effendi. H., Romanto, and Y. Wardiatno. 2015. Water Quality Status of Ciambulawung River, Banten Province, Based on Pollution Index and NSF-WQI. Procedia Environ. Sci., 24, 228–237, doi [15] Pemerintah Pusat. 2001. Salinan Peraturan Pemerintah PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia Deputi Perundang-undangan dan Administrasi Hukum. [16] Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta Kanisus. [17] Ikhsan, A., A. Auliya, A. Walid, and E. P. Putra. 2020. Pengaruh Sampah Rumah Tangga Terhadap Kulitas pH Air Tempat Pembuangan Akhir TPA Air Sebakul Kelurahan Sukarami Kecamatan Selebar Kota Bengkulu. Manhaj Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyaakat. 91 . 37-44. [18] Pemerintah Pusat. 2021. Salinan Peraturan Pemerintah PP No. 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia Deputi Perundang-undangan dan Administrasi Hukum. diakses 27 Juli 2021 [19] Putri, A. I. S. Purwiyanto,. Fauziyah, F. Agustriani, and Y. Suteja. 2019. Kondisi Nitrat, Nitrit, Amonia, Fosfat dan BOD di Muara Sungai Banyuasin, Sumatera Selatan. J. Ilmu dan Teknol. Kelaut. Trop., 111, 65–74, doi [20] Mishra. R. and D. Singh,. 2020 Impact of Pollution on Kelo River of Raigarh District,” Mater. Today Proc., 29, 310–315, doi [21] Alfaroby. and E. Wardhani 2021. Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Pada Daerah Aliran Sungai Cibabat, Kota Cimahi. J. Serambi Eng., 6 2 doi ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Azhar Rais Alfaroby Eka WardhaniThe increase in population causes the need for clean water and community activities to increase and has an impact on increasing the amount of waste water produced. The amount of waste water that is generated depends on the large number of the population on the need for clean water used in every existing human activity. Domestic waste management in the Cibabat watershed area, Cimahi City is still minimal, in an effort to improve the quality of the Cibabat river and support the acceleration of pollution control in the Citarum watershed which is part of the Citarum Harum program in 2018, so a planning system for the distribution of domestic wastewater is needed Cibabat watershed, Cimahi City with the aim of producing domestic waste water that can be channeled and treated properly so that it does not pollute the aquatic environment. The method used in the planning of the domestic wastewater distribution system refers to the PUPR Regulation No. 04 of 2017 concerning guidelines for the implementation of the domestic wastewater management system. With the wastewater distribution system in the Cibabat watershed, it is hoped that it can improve the quality of water in the Cibabat River, Cimahi City in the planning period of the next 20 years. This study will determine the type of application of an effective domestic wastewater management system adapted to the existing conditions of the Cibabat watershed, Cimahi River is located in Lebakpicung Kampong close to Halimun Salak National Park. Ciambulawung River is used for micro-hydro power plant capacity Watt. The purpose of this study was to determine the water quality status of Ciambulawung River. The pollution index ranged – and NSF-WQI ranged 87 – 88. Hence the river water quality is considered good. Based on these indices it is concluded that communities living along river bank and micro-hydro power plant did not negatively affect the water quality of Ciambulawung Mishra Divya SinghPhysico-chemical parameter of surface water of Kelo River was investigated in year 2016. Ph, TDS, Chloride, and Dissolved oxygen, BOD, COD, hardness is discussed in this chloride, DO, BOD, COD shows variations between the two station selected for the study .Due to the urban, industrial, agriculture and other anthropogenic activities river water is polluted, there is a need of serious concern on water pollution and planning for the disposal of solid and liquid wasteAir dan air limbah metoda pengambilan contoh air limbahNasional Badan StandardisasiBadan Standardisasi Nasional. 2008. Standar Nasional Indonesia SNI Air dan air limbah metoda pengambilan contoh air limbah. PU Cipta Peraturan Pemerintah PP No. 82 TahunPemerintah PusatPemerintah Pusat. 2001. Salinan Peraturan Pemerintah PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia Deputi Perundang-undangan dan Administrasi Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan PerairanH EffendiEffendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta Kanisus.
ï»żParameterSatuan Baku Mutu Air Limbah Industri 0,04 g Limbah Cair Tempe Air Rebusan Kedelai Rendaman BOD (Biochemical Oxygen Demand) Mg/l 150 9763 3298 COD (Chemical Oxygen Demand)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001, tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, pengertian limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia baik berupa padat, cair ataupun gas yang dipandang sudah tidak layak dan tidak memiliki nilai ekonomis sehingga cenderung untuk cair adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Limbah cair terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap pencemaran oleh limbah cair dapat diketahui melalui pengamatan secara visual maupun pengujian. Perubahan yang paling umum terjadi adalah perubahan pH derajat keasaman. Air secara normal memiliki pH dengan kisaran 6,5 - 7,5 pH apabila tidak memenuhi baku mutu dapat mengubah kualitas air dan mengganggu keberlangsungan hidup organisme di dalamnya. Kemudian, air dapat diindikasikan tercemar apabila terjadi perubahan warna, bau dan rasa. Selain itu, indikasi pencemaran air dapat dapat dilihat dari timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut dalam bentuk padatan Wardana, 1999.Pengolahan limbah adalah usaha untuk mengurangi atau menstabilkan zat-zat pencemar sehingga saat dibuang tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan. Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi kandungan bahan pencemar terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme Limbah Cair Berdasarkan sumbernya, limbah cair dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu Limbah cair yang bersumber dari rumah tangga yaitu limbah cair yang berasal dari pemukiman dan aktivitas penduduk. Pada umumnya terdiri-dari bahan organik. Limbah cair yang bersumber dari industri yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai jenis industri. Pada umumnya mengandung zat-zat kimia yang bervariasi sesuai dengan jenis industrinya. Limbah cair kotapraja yaitu limbah cair yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan lain-lain. Pada umumnya jenis limbah cair ini sama dengan limbah cair yang berasal dari rumah Fisika dan Kimia Limbah Cair Pengolahan air limbah diperlukan untuk mencegah polutan yang terkandung dalam air limbah dapat mengganggu keberlangsungan rantai makanan sehingga berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Dalam melakukan pengolahan limbah industri terutama limbah cair lebih baik dilakukan analisa terhadap jenis dan karakteristik limbah terlebih dahulu agar bisa dilakukan penanganan dengan efektif dan karakter fisiknya, limbah cair memiliki beberapa parameter atau indikator, yaitu Padatan. Pada limbah cair terdapat padatan organik dan non-organik yang mengendap dan tersuspensi sehingga bisa mengendap dan menyebabkan pendangkalan. Kekeruhan. Kekeruhan menunjukkan sifat optis di dalam air karena terganggunya cahaya matahari saat masuk ke dalam air akibat adanya koloid dan suspensi. Bau. Bau dikarenakan karena adanya mikroorganisme yang menguraikan bahan Limbah cair memiliki suhu yang berbeda dibandingkan dengan air biasa, biasanya suhunya lebih tinggi karena adanya proses Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Limbah Domestik, terdapat beberapa parameter fisika dan kimia dalam air limbah yaitu pH tingkat keasaman. Menunjukkan tingkat keasaman dari air limbah. Kadar pH yang baik adalah dimana pH masih memungkinkan keberlangsungan kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. Keasaman limbah cair dipengaruhi oleh adanya bahan buangan yang bersifat asam atau basa. Agar limbah tidak berbahaya, maka limbah diupayakan untuk memilikipH netral. BOD. Biochemical Oxygen Demand BOD merupakan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroogranisme untuk dapat menguraikan atau mendekomposisikan bahan organik dalam kondisi aerobik. COD. Chemical Oxygen Demand COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian bahan organik yang terkandung dalam air. DO. Dissolved Oxygen DO atau oksigen terlarut merupakan jumlah oksigen yang terkandung dalam air limbah dalam bentuk molekul oksigen dan bukan dalam bentuk molekul hidrogen oksida biasanya dinyatakan dalam mg/L ppm. TSS. Total padatan yang tersuspensi dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang disaring dengan kertas milliopore berpori-pori 0,45 mikromil. TDS. Suatu ukuran zat terlarut yang terdapat pada sebuah larutan yang dapat berupa zat organik maupun zat anorganik. Minyak dan Lemak. Bahan yang dapat terekstrak oleh n-heksana meliputi hidrokarbon, asam lemak minyak nabati, minyak hewani. Amoniak. Senyawa yang terbentuk dari proses oksidasi bahan organik yang mengandung nitrogen dalam air limbah dengan bantuan bakteri. Suhu. Suhu pada air menentukan seberapa besar kehadiran biota air dan Pengolahan Limbah Cair Pengolahan limbah atau pembenahan air limbah, pada dasarnya adalah membuang zat pencemar yang terdapat dalam air atau berubah bentuknya sehingga menjadi tidak berbahaya lagi bagi kehidupan organisme. Metode atau cara pengolahan limbah pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu pengolahan secara fisik, pengolahan secara kimia dan pengolahan secara biologi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut Pengolahan secara fisik. Pengolahan limbah yang dilakukan secara fisik digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung benda padat seperti serat, ampas, lumpur, bulu serta kotoran padat lainnya cara ini disebut dengan cara pengolahan limbah secara mekanis yang terdiri dari penyaringan, pengambilan buihnya, pengambangan dan sedimentasi. Pengolahan secara kimiawi. Pengolahan secara kimiawi banyak dilakukan dengan cara penambahan pereaksi kimia tertentu yang sesuai dengan karakteristik bahan limbah seperti netralisasi, presipitasi dan pemisahan. Pengolahan secara kimiawi dapat berupa pengentalan, penghilangan bau dan sterilisasi akan mematikan hama. Pengolahan secara Biologi. Pada umumnya pengolahan secara biologi dipergunakan untuk mereduksi atau menurunkan kadar pencemaran organik dalam air limbah dengan menggunakan dan memanfaatkan keaktifan mikroorganisme. Misalnya dengan lumpur aktif activated sludge, saringan menetes trickling filter, kolam stabilisasi dan Pengolahan Limbah Cair Pengolahan limbah cair bertujuan untuk menghilangkan parameter pencemar yang ada di dalam air limbah sampai batas yang diperbolehkan untuk dibuang ke badan air sesuai dengan syarat baku mutu yang diizinkan. Pengolahan limbah cair secara garis besar dapat dibagi menjadi pemisahan padatan tersuspensi solid-liquid separation, pemisahan senyawa koloid, serta penghilangan senyawa polutan pengolahan air limbah pada umumnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu sistem anaerobik dan aerobik. Adapun penjelasan kedua sistem tersebut adalah sebagai berikut1. Sistem anaerobik Pengolahan secara anaerobik adalah proses yang memanfaatkan reaksi mikroorganisme untuk mengolah air limbah dalam kondisi tanpa oksigen terlarut. Sistem anaerobik lebih sering digunakan karena sistem yang digunakan lebih mudah bila dibandingkan dengan sistem aerobik. Beberapa teknologi yang umum digunakan untuk pengolahan air limbah secara anaerobik antara lain septic tank, imhoff tank, anaerobic baffle reactor ABR, anaerobic filter, dan Sistem Aerobik Pengolahan air limbah secara aerobik adalah proses yang memanfaatkan mikroorganisme untuk mengolah dan menguraikan zat organik pada air limbah dengan oksigen terlarut. Teknologi yang biasanya digunakan pada sistem aerobik adalah Activated Sludge, Aerated Pond, Trickling Filter, Rotating Biological Contactor, Fluidized Bed Reactor, dan Sequenching Batch Reactor. IPAL Komunal yang menggunakan sistem aerobik mempunyai kelebihan karena lumpur yang dihasilkan dari IPAL sudah stabil karena adanya aktivitas mikroba aerob yang menguraikan zat organik pada air Pengolahan Limbah Cair Berdasarkan sistem yang digunakan dalam pengolahan limbah cair, teknologi pengolahan limbah yang paling populer ada dua jenis, yaitua. Anaerobic Baffled Reactor ABR Anaerobic Baffled Reactor ABR merupakan septik tank yang terdiri dari beberapa ruang sebagai tempat terjadinya proses sedimentasi. Proses yang terjadi pada ruang pertama di unit ABR adalah proses pengendapan. Selanjutnya terjadi proses penguraian karena terjadinya kontak antara limbah dengan akumulasi mikroorganisme. Waktu kontak yang ditunjukkan dengan kecepatan aliran ke atas menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dalam desain. Apabila kecepatan aliran terlalu cepat maka proses penguraian tidak terjadi sebagaimana mestinya. Kecepatan waktu kontak tidak boleh lebih dari 2 m/ pengolahan tergantung pada perkembangbiakan bakteri aktif. Hal ini menjadi hal yang harus diperhatikan pada tahap permulaan penerapan ABR. Pencampuran yang terjadi antara limbah yang baru masuk dengan lumpur lama dari septik tank dapat mempercepat pencapaian kinerja pengolahan secara optimal. Prinsipnya adalah pengisian limbah lebih baik dimulai dengan seperempat aliran harian dan jika memungkinkan dengan limbah cair yang sedikit lebih keras. Kemudian pengisian dilanjutkan dengan menaikkan secara perlahan dalam jangka waktu tiga bulan. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak sebelum padatan tersuspensi keluar. Penurunan kadar COD dalam proses degradasi adalah sebesar 60-90%.Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan teknologi ABR untuk pengolahan air limbah. Teknologi ABR memiliki kelebihan berupa teknologi yang sederhana namun handal, tahan lama, dan efisien. Sedangkan kekurangan penggunaan teknologi ini adalah membutuhkan ruang yang besar dalam proses konstruksi, kurang efisien dalam pengolahan limbah yang ringan dan butuh waktu yang panjang untuk proses pemasakan/ unit ABR cenderung mudah untuk dilakukan. Pertama, dengan memperhatikan permukaan air limbah dengan tujuan mencegah zat-zat dengan ukuran besar tidak masuk ke dalam filter. Apabila terdapat zat yang masuk, maka proses pembersihan dilakukan dengan mengangkat dan membuang zat tersebut. Kemudian, dilakukan pengurasan secara rutin setiap 1 hingga 3 tahun sekali. Pengurasan dilakukan dengan tujuan menjaga kualitas lumpur sehingga dapat digunakan pada pengolahan air limbah Rotating Biological Contactor RBC Rotating Biological Contactor RBC merupakan proses pengolahan air limbah dengan mikroorganisme yang melekat pada media berupa piring tipis disk berbentuk bulat yang dipasang berjajar dalam suatu poros dan diputar menggunakan reaktor khusus dimana di dalamnya dialirkan air limbah secara kontinu. Media berupa lembaran plastik dengan diameter 2-4 meter dengan ketebalan 0,8 milimeter. Disk atau piring tersebut dilekatkan pada poros baja dengan panjang mencapai 8 meter, tiap poros yang telah dipasang media diletakkan dalam sebuah tangki atau bak reaktor RBC menjadi satu modul diputar dalam keadaan tercelup sebagian yakni sekitar 40% dari diameter disk. Kira-kira 95% dari seluruh permukaan media secara bergantian tercelup ke dalam air limbah dan berada di atas permukaan air limbah udara. Kecepatan putaran bervariasi antara 1-2 rpm. Mikroorganisme tumbuh sendiri pada media dan mengambil makanan zat organik di dalam air limbah dan mengambil oksigen dari udara untuk menunjang proses unit RBC pada pengolahan air limbah memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari penggunaan unit RBC adalah pengoperasian dan perawatan alat yang mudah, konsumsi energi rendah, tahan terhadap fluktuasi beban pengolahan, reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, dan tidak terjadi bulking/buih. Sedangkan kelemahannya adalah sulitnya pengontrolan jumlah mikroorganisme, sensitif terhadap suhu, BOD olahan masih tinggi, dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut dan bau.

Pemodelanmenggunakan parameter kunci dan debit air limbah yang dibuang 1. Kualitas Air Laut penerima Air Limbah Sesuai Lampiran VIII PP 22/2021 Gambaran di inlet, outfall dan kontrol 3. Penentuan parameter kunci yang akan dijadikan prediksi sebaran Air Limbah dan Baku Mutu Air Limbah Menentukan parameter-parameter kunci Air
Bakumutu air limbah untuk parameter cod dan bod paling lambat 1 (satu) tahun sejak peraturan menteri ini mulai berlaku; (1) baku mutu air limbah bagi kegiatan rph adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran a dan lampiran b peraturan menteri ini. 9 (1) pelatihan kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud. Airlimbah yang dihasilkan dari skala rumah tangga dan usaha dan/atau kegiatan berpotensi mencemari lingkungan, sehingga perlu dilakukan pengolahan air limbah sebelum dibuang ke media lingkungan. Pengolahan ini bertujuan agar kualitas air limbah domestik yang dibuang sesuai dengan baku mutu air limbah yang tercantum dalam Permen LHK dan PerGub tentang Baku Mutu Air Limbah. Untuk lebih jelasnya, silahkan download dokumen berikut: Download Permen LHK No.68 Thn 2016 - Baku Mutu Air Limbah
JTeknol Lingkung 19:183- Water 10:99. doi: 10.3390/w10020099 190. doi: 10.29122/jtl.v19i2.2063 Djo YHW, Suastuti DA, Suprihatin IE, Atima W (2015) BOD dan COD sebagai Sulihingtyas WD (2017) Fitoremediasi parameter pencemaran air dan baku limbah cair UPT laboratorium analitik mutu air limbah.
.
  • lyq4z1r5d6.pages.dev/207
  • lyq4z1r5d6.pages.dev/306
  • lyq4z1r5d6.pages.dev/95
  • lyq4z1r5d6.pages.dev/45
  • lyq4z1r5d6.pages.dev/355
  • lyq4z1r5d6.pages.dev/63
  • lyq4z1r5d6.pages.dev/82
  • lyq4z1r5d6.pages.dev/81
  • parameter baku mutu air limbah